Dolar Australia menguat terhadap Dolar AS pada Rabu(15/10), menutup kerugian sesi sebelumnya. Dorongannya datang dari komentar Asisten Gubernur RBA Sarah Hunter: data terbaru terlihat sedikit lebih kuat dari perkiraan, inflasi Q3 kemungkinan lebih tinggi, Pasar tenaga kerja dan kondisi ekonomi bisa lebih ketat dari asumsi, sementara dewan siap menyesuaikan kebijakan sesuai data-meski ia mengakui momentum konsumen bisa melemah di Q3.
Pergerakan AUD juga dipengaruhi rilis inflasi tiongkok: CPI September -0,3% YoY (ekspektasi -0,1%; Agustus -0,4%) dengan CPI bulanan +0,1% (di bawah perkiraan 0,2%). PPI -2,3% YoY (dari -2,9%) menandakan tekanan harga produsen mulai menyempit. Karena Australia dan Tiongkok sangat terhubung dagang, setiap perubahan permintaan Tiongkok cepat tercermin di AUD.
Di sisi risiko eksternal, tensi dagang AS-Tiongkok kembali naik. Presiden AS Donald Trump mengancam pembatasan lebih jauh jika Beijing melanjutkan kontrol ekspor mineral tanah jarang dan pungutan pelabuhan tambahan; kedua negara sama-sama menyiapkan biaya pelabuhan baru. Sentimen global yang membaik bisa memberi ruang bagi AUD untuk lanjut menguat, namun eskalasi tensi atau data Tiongkok yang kembali melemah berpotensi membalikkan reli ini. (az)
Sumber: Newsmaker.id