Harga Perak turun di bawah $47 per ons pada hari Jumat, namun tetap berada di jalur untuk mencatatkan kenaikan mingguan ketujuh secara beruntun. Penurunan ini terjadi meski sentimen Pasar masih didukung oleh ekspektasi bahwa bank sentral AS (The Fed) akan memangkas suku bunga dalam waktu dekat.
Data ekonomi terbaru dari AS semakin memperkuat keyakinan Pasar bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin bulan ini, dan kemungkinan satu kali lagi pada bulan Desember. Di sisi lain, ketidakpastian akibat potensi penutupan Pemerintah (government shutdown) membuat investor semakin berhati-hati terhadap kondisi ekonomi dan kebijakan fiskal negara tersebut.
Penutupan Pemerintah juga berdampak pada ketersediaan data ekonomi, karena Departemen Tenaga Kerja AS harus menunda rilis laporan ketenagakerjaan untuk bulan September. Hal ini menambah kekhawatiran Pasar terhadap inflasi dan melemahnya Pasar tenaga kerja di AS.
Selain faktor makroekonomi, harga Perak juga mendapat dukungan dari sisi pasokan. Silver Institute memperkirakan Pasar Perak global akan mengalami defisit untuk tahun kelima berturut-turut pada 2025, yang berarti permintaan akan lebih besar dari pasokan — hal ini bisa mendorong harga naik dalam jangka panjang.(ads)
Sumber: newsmaker.id