Minyak mempertahankan kenaikan setelah persediaan Minyak mentah AS menyusut paling besar sejak pertengahan Juni, membuat inventaris jauh di bawah rata-rata musiman.
Brent diperdagangkan di sekitar $67 per barel setelah naik 1,6% pada Rabu, sementara West Texas Intermediate (WTI) berada dekat $63. Persediaan nasional turun 6 juta barel pekan lalu, menurut data Energy Information Administration (EIA). Stok bensin juga turun untuk lima pekan berturut-turut.
Meski demikian, harga Minyak masih turun lebih dari 10% sepanjang tahun karena kekhawatiran dampak kebijakan perdagangan AS dan karena OPEC+ mengembalikan produksi yang sebelumnya dihentikan, meningkatkan ekspektasi kelebihan pasokan setelah puncak permintaan musim panas berakhir. Para pedagang juga memantau kemajuan menuju gencatan senjata perang di Ukraina.
Moskow sebagian besar tetap menyalurkan minyaknya meski menghadapi berbagai sanksi, dengan porsi besar mengalir ke India. Namun negara Asia Selatan itu disorot oleh pemerintahan AS karena membeli Minyak mentah Rusia, dengan Presiden Donald Trump mengancam sanksi ekonomi terhadap New Delhi.
Sementara itu, persediaan Minyak mentah di hub penyimpanan utama AS di Cushing, Oklahoma, naik untuk pekan ketujuh, menurut EIA. Titik pengiriman untuk kontrak WTI tersebut baru-baru ini melihat lonjakan pasokan dari Permian Basin
“Dalam jangka panjang, kita harus melihat fundamental dan memperkirakan harga akan terus melemah setidaknya hingga pertengahan tahun depan,” kata John Driscoll, direktur dan pendiri konsultan berbasis di Singapura, JTD Energy Services Pte. (az)
Sumber: Bloomberg
