Harga Minyak turun pada hari Selasa (8/7), pasca mencatat kenaikan hampir 2% di sesi sebelumnya, karena investor mengevaluasi perkembangan terbaru terkait Tarif AS dan peningkatan produksi OPEC+ yang lebih tinggi dari perkiraan untuk bulan Agustus.
Minyak Brent turun 10 sen atau sekitar 0,1% menjadi $69,48 per barel pada pukul 13:20 GMT.
Minyak WTI AS turun 21 sen atau sekitar 0,3% ke level $67,72.
Ketidakpastian Tarif AS
Presiden AS Donald Trump mengumumkan pada hari Senin bahwa Tarif baru yang lebih tinggi akan mulai berlaku 1 Agustus, meski kemudian ia mengatakan bahwa tenggat tersebut belum sepenuhnya pasti. TarifTarif ini memicu ketidakpastian Pasar dan kekhawatiran akan dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi global dan permintaan Minyak.
Menanggapi hal tersebut, Jepang dan Korea Selatan menyatakan akan bernegosiasi dengan AS untuk mencoba meredam dampak kebijakan Tarif tersebut.
Tekanan dari OPEC+, Tapi Didukung Geopolitik
Menurut analis Rystad, Janiv Shah, meskipun harga sedang tertekan karena OPEC+ mulai menghapus pemangkasan produksi sukarela, Pasar masih mendapat dukungan dari pasokan distilat menengah yang ketat serta serangan kelompok Houthi terhadap kapal kargo.
Sabtu lalu, kelompok OPEC+, yang terdiri dari negara anggota OPEC dan sekutunya, menyepakati kenaikan produksi sebesar 548.000 barel per hari (bph) pada Agustus—melebihi rata-rata kenaikan 411.000 bph dalam tiga bulan terakhir.
Optimisme Musiman Menjelang Puncak Permintaan
Investor tetap optimis menjelang periode permintaan puncak musim panas di AS. Data dari U.S. Commodity Futures Trading Commission (CFTC) menunjukkan bahwa pada pekan yang berakhir 1 Juli, manajer dana menaikkan posisi beli bersih (net-long) dalam kontrak Minyak berjangka dan opsi.(yds)
Sumber: Reuters