Harga Minyak melanjutkan penurunan pada hari Selasa (24/6) hingga menyentuh level terendah dalam dua minggu, karena Pasar menilai risiko gangguan pasokan dari Timur Tengah semakin rendah — meskipun Presiden AS Donald Trump menuduh baik Israel maupun Iran telah melanggar gencatan senjata yang ia bantu mediasi.
Minyak mentah Brent berjangka turun $3,52 atau 4,92% menjadi $67,96 per barel pada pukul 13:22 GMT. Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS juga turun $3,42 atau 4,99% menjadi $65,09 per barel.
Kedua kontrak tersebut sempat merosot hingga 5% pada awal perdagangan setelah Trump mengumumkan kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Iran. Namun, hanya beberapa jam kemudian, Trump menuduh kedua negara melanggar perjanjian tersebut, dengan menyatakan kekecewaannya khususnya terhadap Israel.
“Saya tidak suka fakta bahwa Israel langsung menyerang setelah kesepakatan tercapai. Mereka tidak perlu melakukannya, dan saya tidak suka bahwa pembalasannya sangat kuat,” kata Trump kepada wartawan pada Selasa.
Harga Minyak juga mendapat tekanan setelah Trump memposting di platform media sosial Truth Social bahwa China kini bisa kembali membeli Minyak dari Iran. Di sisi lain, Menteri Pertahanan Israel Israel Katz menyatakan bahwa ia telah memerintahkan serangan baru ke sasaran di Teheran sebagai respons atas dugaan peluncuran rudal oleh Iran, yang disebut sebagai “pelanggaran terang-terangan” terhadap gencatan senjata. Namun, Iran membantah telah meluncurkan rudal apa pun.
Perang selama 12 hari ini telah memicu volatilitas tinggi pada harga Minyak, dengan Brent diperdagangkan dalam rentang $11,86 pada hari Senin — yang terluas sejak Juli 2022.
Kedua kontrak Minyak tersebut ditutup lebih dari 7% lebih rendah pada sesi sebelumnya, setelah sempat reli ke level tertinggi dalam lima bulan akibat serangan AS terhadap fasilitas nuklir Iran akhir pekan lalu.(yds)
Sumber: Reuters